KENANG AKU DALAM MIMPI INDAHMU
Oleh : Laily Qidriana
Gaun merah muda lengkap dengan sepasang high heels yang sudah kusiapkan berhari-hari terlihat sangat indah.
Tapi entah mengapa Aku memiliki hasrat untuk memakai gaun hitamku yang sudah
lumayan lama tidak kupakai. Mungkin memang Aku lebih cocok dan terlihat anggun
ketika memakai warna hitam.
Tepat pukul sebelas malam. Segera Aku keluar dari kamar kos
menuju kamar Wina sahabat karibku. Kuketuk pintu kamar Wina, dan Dia
mengizinkanku untuk masuk. Tidak sesuai dengan perkiraanku, ternyata Wina belum
bersiap dan masih memakai piyama berwarna ungu kesayangannya. “Win, kok belum dandan
sih?” tanyaku dengan nada sedikit jengkel. “Aku lagi males keluar” jawab Wina.
“Satu jam lagi ulang tahunku Win. Nggak mungkin kan kamu lupa?” sangkalku
marah. Dengan santainya Wina hanya menjawab “Aku ingin istirahat”. “Kamu
keterlaluan Win!” balasku. “Aku ingin istirahat” jawab Wina lagi. “Oke Win,
jadi ini yang namanya sahabat? mulai sekarang terserah Kamu mau anggap Aku
sahabat atau bukan. Nggak ada Kamu, acaraku juga bakal tetep jalan”. Tanpa basa-basi
Aku berjalan keluar dari kamar Wina. Bbrraaaaaaaaakkkk!! . . . kututup pintu kamar
Wina dengan kuat. Akhirnya Aku pergi ke restauran menggunakan motor maticku
sendirian tanpa Wina. Tak habis pikir, sahabat dekatku tega seperti ini
kepadaku. Wina melontarkan alasan yang sangat tidak masuk akal dan tanpa ada
kata maaf sama sekali. Aku benar-benar kecewa, Wina yang selalu bersamaku dari Aku
kecil tega melakukan ini kepadaku. Wina adalah satu-satunya orang yang Aku
punya di sini. Kedua orang tuaku dan Wina pergi merantau ke pulau seberang
semenjak Kami duduk di bangku SMP.
****
Sesampainya di restauran, sudah banyak temanku berada di sana.
Aku mencoba duduk tenang dan berpikir Wina hanya ingin memberikan kejutan
kepadaku. “Wina pasti datang” pikirku dalam hati. Setengah jam kulewati dengan berbincang
bersama teman-temanku. Hingga akhirnya lima menit lagi pergantian tahun akan
berlangsung. Begitu pula dengan usiaku akan tepat tujuh belas tahun. Aku
bersiap di depan kue tart. Teman-temanku pun berkumpul mengelilingiku, tetapi
tidak untuk Wina. Aku menoleh ke kiri dan kanan. Wina tidak terlihat juga. Rasa
marah menyelimutiku dan Aku berpikir Wina bukan sahabatku lagi. Satu kalimat
yang terucap di dalam hati “Aku kecewa Wina”.
Sepuluh detik dihitung mundur. Empat . . tiga . . dua . . .
satu . . . dor . .dorr . .dooorrr . . . Bunyi aneka jenis kembang api yang
memancarkan cahaya di awan lepas dengan sangat indah, terompet bersahut - sahutan
di mana-mana, dan dentuman musik bergema pertanda tahun telah berganti. Semua
orang menyambut tahun baru ini dengan penuh keceriaan. Begitu pula denganku. Kami
semua tersenyum dan tertawa lepas. Seolah terlahir dalam kehidupan yang baru
dan berharap di tahun 2013 ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Segera kulakukan
permohonan kepada Tuhan dan meniup lilin. Satu-persatu potongan kue kuberikan
kepada teman-temanku. Tidak ada pemotongan kue special kali ini.
Aku tetap mencoba menikmati acaraku dengan melupakan sosok Wina.
Makan bersama teman, berbincang kesana kemari, dan menikmati penampilan organ
tunggal. Banyak teman-temanku menyumbangkan suaranya, membaca puisi, stand up
komedi, dan masih banyak lagi. Acara
ulang tahunku ini sangat ramai dan meriah. Hingga tak terasa sudah menginjak
pukul dua pagi. Aku bergegas kembali ke kos dengan membawa beberapa kado dari
teman-temanku.
****
Sesampainya di kos, langsung saja Aku masuk dan beristirahat
di kamar tanpa mengganti pakaian.
****
“Mbak bangun, sudah jam tujuh . . sarapan dulu” suara Mbok Yem
seorang pembantu sekaligus penjaga kos. “Jam delapan nanti Aku keluar Mbok, Aku
masih ngantuk banget” jawabku dengan nada sedikit tak jelas karna masih
setengah tidur. “Ya sudah Mbak, saya mau membangunkan Mbak Wina dulu” jawab si
Mbok sambil berlalu dari kamarku.
Tak berapa lama terdengar jeritan si Mbok “Astagfirullah Mbak
Winaaaaaaaaaa . . tolooong !!!!!!”. Aku terkejut dan segera bangun, lalu berlari
ke kamar Wina. “Ada apa Mbok?” tanyaku. “Mbak Wina . . . “, jawab si Mbok lemas.
Wajah Wina tampak sangat pucat. Cepat-cepat Aku menghampiri Wina. Aku panggil-panggil
nama Wina tapi tidak ada respon. Aku coba menepuk pipi Wina, Aku goyang-goyang
badan Wina. Wina tetap tidak bangun. “Mbak Wina sudah pergi Mbak” kata si Mbok
lirih. “Enggak mbok, enggak. Wina lagi capek Dia masih ingin tidur” sangkal ku
sambil mencoba membangunkan Wina. “Ikhlaskan Mbak . . sudah” si Mbok memelukku
dan menghentikan tanganku yang terus berusaha membangunkan Wina. “Enggak mbok,
nggak mungkin . . . Wina masih di sini Mbok. Wina nggak boleh pergi . . . enggak“ air mataku mengalir deras. Aku
tetap berusaha membangunkan Wina. Tak henti kupanggil nama Wina. Aku tidak
menyangka jika harus kehilangan orang yang sangat Aku sayang secepat ini tepat
di hari bahagiaku.
Kedua orang
tuaku dan Wina datang untuk mengantarkan Wina kembali kepada Tuhan. Kami
bertanya-tanya, masih belum ada yang tahu tentang penyebab kematian Wina.
Hingga saat Aku masuk ke kamar Wina seusai pemakamannya, kutemukan sebuah surat
beramplop merah muda bersama dengan sebuah origami burung di atasnya. Air
mataku yang tak berhenti mengalir kini mengalir lebih deras lagi saat membaca
surat dari Wina. Dengan penuh sesal Aku berkata “Maafkan aku Wina, kenanglah
aku dalam tidur panjangmu . . .”.
Dan inilah kalimat-kalimat terakhir Wina . . . . .
Untuk sahabatku tercinta :
Hilma
Selamat ulang tahun Hilma . .
. maafkan Aku jika tidak bisa datang di acara ulang tahunmu.
Aku hanya ingin acara bahagiamu
berjalan lancar, karena Aku harus pergi.
Maaf, Aku belum sempat
bercerita tentang penyakit kanker otak yang sudah tiga tahun ini Aku lawan.
Hingga akhirnya, kini Aku
merasa siap . . .
Sudah lama Aku tidak berani untuk memiliki sebuah mimpi. . . tapi Kamu yang selalu mengajakku bermimpi . . . terima kasih sahabat . . . tetaplah pada mimpimu, mimpi Kita . . . seperti sebuah burung yang dapat terbang tinggi . . .
Sudah lama Aku tidak berani untuk memiliki sebuah mimpi. . . tapi Kamu yang selalu mengajakku bermimpi . . . terima kasih sahabat . . . tetaplah pada mimpimu, mimpi Kita . . . seperti sebuah burung yang dapat terbang tinggi . . .
Sampaikan ucapan terima
kasihku kepada Ayah dan Bunda . . .. . . kenangan indah bersama ayah bunda
selalu mengantarkan tidur Wina setiap malam . . . hingga terakhir Wina tertidur
. . . maafkan Wina . . . Wina belum bisa
membuat Ayah Bunda tersenyum karna Wina . . . Wina sayang kalian . . .
Dariku
. . . wina
Tahun baru kali ini, begitu berbeda. Aku merasa bahagia karena
usiaku menginjak tujuh belas tahun dimana sekarang Aku sudah tumbuh sebagai
seorang remaja. Tapi di sisi lain, Aku kehilangan sahabatku yang sangat Aku
cintai. Untuk sekarang dan selamanya . . . .
Mulai saat ini, Aku akan berjalan dan terus berlari meraih mimpiku
juga mimpi Wina. Seperti sebuah burung yang dapat terbang tinggi di angkasa
raya, mengelilingi dunia, mengumpulkan para awan, dan membawa sebuah bintang .
. . . Aku ingin membuat Wina tersenyum di surga . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar