Selasa, 15 Januari 2013

CERPEN SAHABAT SAAT TAHUN BARU



 
KENANG AKU DALAM MIMPI INDAHMU

Oleh  : Laily Qidriana
        Waktu menunjukkan pukul sepuluh. Sudah lebih dari dua jam Aku berada di depan cermin kamarku. Memang, malam ini Aku ingin terlihat cantik di acara ulang tahunku yang ke tujuh belas. Sengaja Aku merayakannya tepat tengah malam di salah satu restauran yang terkenal di kotaku. Karena malam ini adalah malam tahun baru, banyak orang tua mengizinkan teman-temanku untuk pulang malam.
Gaun merah muda lengkap dengan sepasang high heels yang sudah kusiapkan berhari-hari terlihat sangat indah. Tapi entah mengapa Aku memiliki hasrat untuk memakai gaun hitamku yang sudah lumayan lama tidak kupakai. Mungkin memang Aku lebih cocok dan terlihat anggun ketika memakai warna hitam.
Tepat pukul sebelas malam. Segera Aku keluar dari kamar kos menuju kamar Wina sahabat karibku. Kuketuk pintu kamar Wina, dan Dia mengizinkanku untuk masuk. Tidak sesuai dengan perkiraanku, ternyata Wina belum bersiap dan masih memakai piyama berwarna ungu kesayangannya. “Win, kok belum dandan sih?” tanyaku dengan nada sedikit jengkel. “Aku lagi males keluar” jawab Wina. “Satu jam lagi ulang tahunku Win. Nggak mungkin kan kamu lupa?” sangkalku marah. Dengan santainya Wina hanya menjawab “Aku ingin istirahat”. “Kamu keterlaluan Win!” balasku. “Aku ingin istirahat” jawab Wina lagi. “Oke Win, jadi ini yang namanya sahabat? mulai sekarang terserah Kamu mau anggap Aku sahabat atau bukan. Nggak ada Kamu, acaraku juga bakal tetep jalan”. Tanpa basa-basi Aku berjalan keluar dari kamar Wina. Bbrraaaaaaaaakkkk!! . . . kututup pintu kamar Wina dengan kuat. Akhirnya Aku pergi ke restauran menggunakan motor maticku sendirian tanpa Wina. Tak habis pikir, sahabat dekatku tega seperti ini kepadaku. Wina melontarkan alasan yang sangat tidak masuk akal dan tanpa ada kata maaf sama sekali. Aku benar-benar kecewa, Wina yang selalu bersamaku dari Aku kecil tega melakukan ini kepadaku. Wina adalah satu-satunya orang yang Aku punya di sini. Kedua orang tuaku dan Wina pergi merantau ke pulau seberang semenjak Kami duduk di bangku SMP.
****
Sesampainya di restauran, sudah banyak temanku berada di sana. Aku mencoba duduk tenang dan berpikir Wina hanya ingin memberikan kejutan kepadaku. “Wina pasti datang” pikirku dalam hati. Setengah jam kulewati dengan berbincang bersama teman-temanku. Hingga akhirnya lima menit lagi pergantian tahun akan berlangsung. Begitu pula dengan usiaku akan tepat tujuh belas tahun. Aku bersiap di depan kue tart. Teman-temanku pun berkumpul mengelilingiku, tetapi tidak untuk Wina. Aku menoleh ke kiri dan kanan. Wina tidak terlihat juga. Rasa marah menyelimutiku dan Aku berpikir Wina bukan sahabatku lagi. Satu kalimat yang terucap di dalam hati “Aku kecewa Wina”.

Sepuluh detik dihitung mundur. Empat . . tiga . . dua . . . satu . . . dor . .dorr . .dooorrr . . . Bunyi aneka jenis kembang api yang memancarkan cahaya di awan lepas dengan sangat indah, terompet bersahut - sahutan di mana-mana, dan dentuman musik bergema pertanda tahun telah berganti. Semua orang menyambut tahun baru ini dengan penuh keceriaan. Begitu pula denganku. Kami semua tersenyum dan tertawa lepas. Seolah terlahir dalam kehidupan yang baru dan berharap di tahun 2013 ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Segera kulakukan permohonan kepada Tuhan dan meniup lilin. Satu-persatu potongan kue kuberikan kepada teman-temanku. Tidak ada pemotongan kue special kali ini.

Aku tetap mencoba menikmati acaraku dengan melupakan sosok Wina. Makan bersama teman, berbincang kesana kemari, dan menikmati penampilan organ tunggal. Banyak teman-temanku menyumbangkan suaranya, membaca puisi, stand up komedi, dan masih banyak lagi.  Acara ulang tahunku ini sangat ramai dan meriah. Hingga tak terasa sudah menginjak pukul dua pagi. Aku bergegas kembali ke kos dengan membawa beberapa kado dari teman-temanku.
****
Sesampainya di kos, langsung saja Aku masuk dan beristirahat di kamar tanpa mengganti pakaian.
****
“Mbak bangun, sudah jam tujuh . . sarapan dulu” suara Mbok Yem seorang pembantu sekaligus penjaga kos. “Jam delapan nanti Aku keluar Mbok, Aku masih ngantuk banget” jawabku dengan nada sedikit tak jelas karna masih setengah tidur. “Ya sudah Mbak, saya mau membangunkan Mbak Wina dulu” jawab si Mbok sambil berlalu dari kamarku.
Tak berapa lama terdengar jeritan si Mbok “Astagfirullah Mbak Winaaaaaaaaaa . . tolooong !!!!!!”. Aku terkejut dan segera bangun, lalu berlari ke kamar Wina. “Ada apa Mbok?” tanyaku. “Mbak Wina . . . “, jawab si Mbok lemas. Wajah Wina tampak sangat pucat. Cepat-cepat Aku menghampiri Wina. Aku panggil-panggil nama Wina tapi tidak ada respon. Aku coba menepuk pipi Wina, Aku goyang-goyang badan Wina. Wina tetap tidak bangun. “Mbak Wina sudah pergi Mbak” kata si Mbok lirih. “Enggak mbok, enggak. Wina lagi capek Dia masih ingin tidur” sangkal ku sambil mencoba membangunkan Wina. “Ikhlaskan Mbak . . sudah” si Mbok memelukku dan menghentikan tanganku yang terus berusaha membangunkan Wina. “Enggak mbok, nggak mungkin . . . Wina masih di sini Mbok. Wina nggak boleh pergi  . . . enggak“ air mataku mengalir deras. Aku tetap berusaha membangunkan Wina. Tak henti kupanggil nama Wina. Aku tidak menyangka jika harus kehilangan orang yang sangat Aku sayang secepat ini tepat di hari bahagiaku.
          Kedua orang tuaku dan Wina datang untuk mengantarkan Wina kembali kepada Tuhan. Kami bertanya-tanya, masih belum ada yang tahu tentang penyebab kematian Wina. Hingga saat Aku masuk ke kamar Wina seusai pemakamannya, kutemukan sebuah surat beramplop merah muda bersama dengan sebuah origami burung di atasnya. Air mataku yang tak berhenti mengalir kini mengalir lebih deras lagi saat membaca surat dari Wina. Dengan penuh sesal Aku berkata “Maafkan aku Wina, kenanglah aku dalam tidur panjangmu . . .”.

Dan inilah kalimat-kalimat terakhir Wina . . . . .

Untuk sahabatku tercinta : Hilma
Selamat ulang tahun Hilma . . . maafkan Aku jika tidak bisa datang di acara ulang tahunmu.
Aku hanya ingin acara bahagiamu berjalan lancar, karena Aku harus pergi.
Maaf, Aku belum sempat bercerita tentang penyakit kanker otak yang sudah tiga tahun ini Aku lawan.
Hingga akhirnya, kini Aku merasa siap . . .
Sudah lama Aku tidak berani untuk memiliki sebuah mimpi. . . tapi Kamu yang selalu mengajakku bermimpi . . . terima kasih sahabat . . . tetaplah pada mimpimu, mimpi Kita . . . seperti sebuah burung yang dapat terbang tinggi . . .
Sampaikan ucapan terima kasihku kepada Ayah dan Bunda . . .. . . kenangan indah bersama ayah bunda selalu mengantarkan tidur Wina setiap malam . . . hingga terakhir Wina tertidur . . .  maafkan Wina . . . Wina belum bisa membuat Ayah Bunda tersenyum karna Wina . . . Wina sayang kalian . . .
Dariku . . . wina

Tahun baru kali ini, begitu berbeda. Aku merasa bahagia karena usiaku menginjak tujuh belas tahun dimana sekarang Aku sudah tumbuh sebagai seorang remaja. Tapi di sisi lain, Aku kehilangan sahabatku yang sangat Aku cintai. Untuk sekarang dan selamanya . . . .
Mulai saat ini, Aku akan berjalan dan terus berlari meraih mimpiku juga mimpi Wina. Seperti sebuah burung yang dapat terbang tinggi di angkasa raya, mengelilingi dunia, mengumpulkan para awan, dan membawa sebuah bintang . . . . Aku ingin membuat Wina tersenyum di surga . . .





Tidak ada komentar:

Posting Komentar